Peneliti Skotlandia membuktikan bahwa alopurinol juga bisa dipakai untuk mengatasi nyeri dada pada pasien penyakit jantung. Perlu penelitian lebih lanjut. Belum dijadikan obat standar.
Profesor Herawati Sudoyo belakangan berhati-hati dengan kesehatannya. Ia memperhatikan apa yang dimakan dan diminumnya. Sebab wanita kelahiran Pare, 59 tahun silam, ini pernah mengalami gangguan jantung. Dadanya nyeri, terutama saat berjalan.
Rasa sakit itu muncul saat ia mengikuti acara yang dihelat di kantornya, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jalan Diponegoro Jakarta Pusat, belum lama berselang. "Nadi saya lemah dan tak teratur," ujarnya.
Tak lama kemudian, pandangan Deputi Direktur Eijkman ini mulai gelap. Seperti mau pingsan. Tanpa pikir panjang, dia segera memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit jantung Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, tak jauh dari kantornya.
Ketika diperiksa dengan elektrokardiogram, tak nampak kelainan pada jantung Herawati. Tetapi setelah dipindai lagi dengan alat perekam irama jantung yang bekerja 24 jam, "Ternyata ada gangguan irama jantung," ujarnya.
Pemeriksaan lain menunjukkan ia juga menderita hipertensi. Herawati cukup terkejut karena selama ini tekanan darahnya relatif normal. Darahnya ikut diperiksa. Kepekatan darahnya lumayan tinggi. Dokter lalu memberikan obat jantung dari golongan beta-blocker.
Padahal sebelumnya Herawati tak pernah mengalami hal seperti itu. Gaya hidupnya juga tergolong sehat. Ia senantiasa mengonsumsi jus buah dua kali sehari. Ia juga tak suka menyantap makanan bersantan dan berminyak.
Gangguan tersebut dimaklumi. Sebab belakangan ini ia kerap kecapaian kala menaiki tangga. Diduga, hal itu lebih karena aktivitas yang berlebih. Sebelum kejadian, dalam sebulan ia mengunjungi Korea Selatan, Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia. Namun gara-gara penyakit tersebut, perjalanannya ke Amerika Serikat terpaksa ditunda.
Nyeri dada yang dialami Herawati boleh jadi karena ada gangguan pada jantung. Pasokan oksigen yang masuk ke tubuh terhambat. Badan mudah capai. Tapi tak lama lagi bisa diatasi dengan mengonsumsi alopurinol. Obat yang berusia 40 tahun ini dikenal sebagai salah satu obat kelebihan asam urat dalam darah.
Penelitian yang dilakukan Dokter Awsan Noman dari Universitas Dundee, Skotlandia, menunjukkan bahwa obat tersebut bisa juga dimanfaatkan untuk mengatasi nyeri dada kronis pada pasien angina. "Alopurinol memperpanjang kemampuan pasien untuk berjalan selama serangan jantung," ujarnya seperti dikutip situs theheart.com, awal bulan silam.
Studi tersebut melibatkan 65 pasien yang tercatat lewat pemeriksaan angiografi yang menderita penyakit jantung koroner dan nyeri dada. Sebagian diberikan alopurinol sebanyak 600 mg per hari, sebagian lagi diberikan plasebo (obat bohongan). Pemantauan berlangsung selama enam pekan secara bergantian. Yaitu, pengguna alopurinol berganti mengonsumsi plasebo enam pekan kemudian. Riset dikerjakan secara double-blind. Artinya, dokter dan pasien tak tahu isi obat.
Dalam tahap pertama, 31 pasien mendapat alopurinol. Tapi 28 pasien saja yang dianalisis. Sedangkan dari 34 pasien yang menenggak plasebo, 32 yang diamati. Sedangkan pada tahap kedua, semua pasien dianalisis. Hasilnya, kemampuan bernapas grup alopurinol 298 detik. Ini lebih lama ketimbang pengguna plasebo yang 232 detik.
Kemampuan pasien jantung untuk melakukan aktivitas juga lebih lama pada pemakai alopurinol, yaitu 393 detik, daripada pengguna plasebo yang cuma 307 detik. Mereka bisa berjalan 25% lebih lama meski mengalami serangan jantung. "Artinya pasien dapat melakukan aktivitas lebih lama tanpa merasakan nyeri dada," katanya.
Studi tersebut memang baru dikerjakan dengan sedikit pasien. Bahkan beberapa dokter menilai hal itu sebagai case report. Namun bila dilanjutkan dengan melibatkan lebih banyak pasien dan terbukti benar, ini merupakan terobosan baru. Sebab, pasien angina jumlahnya lumayan banyak. Di Inggris, 2 juta orang terkena angina, yang merupakan gejala umum penyakit jantung. Satu dari tiga pasien mengalami nyeri dada sekali sepekan.
Sementara itu, separo dari pasien jantung koroner di Amerika Serikat mengaku kena angina. Di Indonesia, belum diketahui angkanya secara pasti. Namun di sejumlah rumah sakit dilaporkan, penderita angina yang dirawat di ruang perawatan intensif di bidang kardiovaskular cenderung meningkat.
Kecuali nyeri di dada, penderita angina biasanya juga merasakan rasa tidak nyaman di bahu kiri, lengan kiri bagian dalam, punggung, tenggorokan, rahang, dan lengan kanan. Biasanya muncul pada saat aktivitas dan menghilang bila beristirahat.
Pasien yang kena angin pada saat serangan jantung diatasi dengan istirahat. Tapi sesak napas yang juga terjadi pada saat bersamaan memaksa mereka harus masuk rumah sakit. Dokter biasanya mengecek apa penyebabnya. Sebab, angina biasanya diakibatkan pasokan oksigen yang kurang. "Umumnya disebabkan oleh pembuluh darah yang tersumbat," ujar Hananto Andriantoro, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah pada Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Slipi, Jakarta Barat.
Terapi standar biasanya berupa kateterisasi balon dengan pemasangan sten pada pembuluh darah yang tersumbat. Bila parah, bisa dilakukan operasi by-pass. Juga diberikan obat-obatan atau diberikan obat pengencer jika darahnya pekat. Namun obat tersebut dipandang terlalu mahal bagi sejumlah pasien.
Direktur Media British Heart Foundation, Profesor Peter Weissberg, mengatakan bahwa studi tersebut membantu dokter memberikan pilihan kepada pasien yang tidak merespons baik terhadap obat jantung yang sudah tersedia. "Obat ini sangat ditoleransi dan aman dalam jangka panjang," ujarnya. Yang menggembirakannya, alopurinol juga terbukti meringankan kerja jantung dalam menyedot oksigen.
Menanggapi hal tersebut, ahli rematik pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dokter Bambang Setyohadi, mengatakan bahwa peningkatan kadar asam urat di dalam darah memang bisa menjadi risiko terjadinya penyakit jantung koroner. "Mungkin efek alopurinol terhadap nyeri dada berhubungan dengan hal tersebut, tetapi saya tidak tahu pasti," ujarnya singkat.
Sementara itu, Hananto mengatakan bahwa apa yang dikerjakan Noman perlu diuji lagi dalam jumlah pasien yang lebih banyak. Ia juga mempertanyakan apakah pasien yang diteliti itu juga mengonsumsi obat angina atau tidak. "Kalau ya, mungkin itu hanya efek sekunder dari alopurinol," katanya. Sejauh ini alopurinol bukan terapi standar angina. Jadi, harus menyikapinya secara berhati-hati.
Aries Kelana, Bernadetta Febriana, dan Rach Alida Bahaweres
Home »
Alopurinol
,
asam urat
,
beta-blocker
,
elektrokardiogram
,
hipertensi
,
Jantung Koroner
,
oksigen
,
pemeriksaan angiografi
,
penyakit jantung
,
plasebo
» Obat Asam Urat untuk Jantung