Seorang seksolog Surabaya melakukan studi soal seks bebas. Pria menikah yang bermain seks bebas cenderung punya gangguan ereksi.
BANYAK pria dan wanita berusaha selingkuh atau melakukan seks bebas. Mereka bermaksud gagah-gagahan. Mereka tak sadar, berselingkuh dan bermain seks bebas tak cuma berisiko tertular penyakit, melainkan juga berpotensi menurunkan gairah seks.
Arif Adimoelja, Ketua Umum Asosiasi Seksologi Indonesia, mengemukakan bahwa berselingkuh atau bermain seks bebas justru lebih banyak membuat pelakunya menderita gangguan fungsi seks. "Bukan cuma membuat hubungan keluarga jadi tak harmonis lagi," katanya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Belum lama ini.
Ucapan Arif itu didasarkan pada studinya selama setahun sejak April 2000, terhadap 100 laki-laki beristri yang sudah menyelami perkawinan rata-rata dua tahun. Mereka pasien Arif yang datang berobat ke Rumah Sakit (RS) Soetomo, RS Angkatan Laut Surabaya, dan klinik seks Arif di Jalan Darmawangsa, Surabaya. Selain ahli seks, Arif juga androlog pada RS Soetomo.
Berdasarkan pemantauan dan keluhan yang diterima Arif, ternyata sebanyak 12% lelaki menikah yang melakukan seks bebas mempunyai gangguan ereksi. Angka itu lebih besar ketimbang gangguan ereksi yang dikeluhkan 8% lelaki menikah yang selalu bermain seks dengan pasangan tetap. Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan seseorang mencapai atau mempertahankan ketegangan penis cukup lama. Penyebabnya bisa psikis dan fisik. Yang fisik bisa disebabkan tersumbatnya aliran darah ke daerah penis.
Begitu pula gangguan libido. Sebanyak 20 lelaki pemain seks bebas mengalami gangguan, sedangkan lelaki yang berhubungan seks dengan istri yang sah yang mengalami gangguan libido hanya dua orang (lihat tabel). Selain risiko yang ditemukan tadi, Arif menduga, seks bebas juga bisa mengundang perilaku seksual yang menyimpang. Misalnya, paedofilia (melakukan hubungan seks dengan anak di bawah umur) dan masokisme (terangsang bila disiksa).
Menurut Arif, gangguan seksual itu muncul karena sewaktu berselingkuh atau berhubungan seks bebas, si pelaku diliputi perasaan bersalah. Ini karena pelaku sudah mengkhianati perkawinannya. Pelaku juga diliputi perasaan takut jika kelakuan buruk itu sampai terbongkar. Padahal, ia tak mau kehilangan istrinya. Pikiran itu terus terbawa saat berhubungan seks. "Tekanan psikologis itu cukup kuat, sehingga mempengaruhi kemampuan seksual secara fisik dan psikis," ujarnya.
Hasil studi Arif agaknya memberikan pelajaran kepada para suami untuk tak berbuat nakal. Selama ini, banyak suami melakukan hubungan seks bebas karena terganggunya hubungan dalam keluarga.
Wimpie Pangkahila, ahli seks yang berpraktek di Denpasar, mensinyalir bahwa lelaki atau wanita yang berselingkuh sudah mengalami gangguan seks sebelumnya. Mereka bermain seks bebas cuma untuk membuktikan, kemampuan seksnya menurun atau tidak. Jika ia bisa ereksi, misalnya, lelaki tadi akan makin menyalahkan istrinya. Ada pula yang sekadar iseng karena ikut-ikutan teman.
Dengan melakukan seks bebas atau selingkuh, pelaku seks mempunyai pembanding yang lebih baik daripada pasangan tetapnya. "Apalagi pasangan tetapnya dianggap kurang menarik lagi," kata Wimpie.
Sedangkan istri yang melakukan hubungan dengan pria lain lebih didorong nafsu seksualnya. "Bahkan, ada pria yang mengalami disfungsi ereksi rela membiarkan istrinya bermain seks dengan pria lain yang dikenalnya," kata Wimpie kepada Sugianto dari Gatra.
Seksolog Naek L. Tobing menilai, hasil penelitian Arif itu masuk akal. Orang yang sudah menikah dan bermain seks bebas sebenarnya bermaksud mengurangi bebannya. "Tapi, yang terjadi, problem seks itu bukannya hilang, malah orang tadi terjebak dalam kondisi yang makin memperberat bebannya," ujarnya.
Untuk mengatasi masalah gangguan seksual mereka, Naek menekankan pada penghentian perilaku seks bebas. Untuk itu caranya relatif mudah, karena faktor psikis lebih berperan. "Lelaki biasanya lebih mudah mengatasi atau mengembalikan fungsi organ seksnya bila sudah bisa hidup lurus dan rukun dengan istrinya," katanya.
Naek menganjurkan agar para pelaku menjalani konseling dan pengobatan. Konseling dipakai untuk mengembalikan rasa percaya diri. Selain itu, tentu saja pasien perlu memperkuat keyakinan agamanya sebagai pengontrol perilaku seks.
Aries Kelana, G.A. Guritno, dan Mujib Rahman (Surabaya)
Home »
Disfungsi Ereksi
,
gangguan ereksi
,
klinik seks
,
Kuat di ranjang
,
penyakit seks
,
seks bebas
,
seksologi
» Ingin Gagah di Ranjang Malah Payah