Studi yang dilakukan Joslin Diabetes Center menemukan, hormon melatonin dapat memicu produksi insulin dalam pankreas. Menuntun pada paradigma baru pengobatan diabetes. Beberapa ahli masih ragu-ragu; Hidup Sehat Mengusir Diabetes
Selera makan kuat dikombinasi dengan malas berolahraga menciptakan kondisi yang sesuai untuk memicu penyakit kencing manis atau diabetes. Tetapi hormon melatonin yang memicu selera makan ternyata dapat merangsang pertumbuhan insulin, zat penting untuk memetabolismekan gula darah menjadi energi. Kelebihan gula darah inilah yang berujung diabetes. Studi yang dilakukan Joslin Diabetes Center menemukan hal itu belum lama ini.
Temuan ini digadang-gadang bakal menuntun dunia kedokteran pada paradigma baru mengobati diabetes. Hasil penelitian yang dilakukan di Beth Israel Diaconess Medical Center, Boston, Amerika Serikat, itu bakal dipublikasikan secara luas, Februari ini.
Penemuan itu bermula ketika para peneliti Joslin melakukan studi untuk menguak kaitan antara obesitas (kegemukan) dan hormon melatonin. Hasilnya, ditemukan peningkatan pertumbuhan sel beta, yang menghasilkan insulin di pankreas, saat kadar melatonin meningkat. Hal ini belum pernah diperhatikan.
Meskipun peran melatonin dalam mengontrol selera makan sudah umum diketahui, efeknya dalam memicu hormon endokrin belumlah banyak terungkap. ''Itu hubungan yang sangat logis,'' kata Dr. Rohit N. Kulkarni, peneliti Joslin Diabetes Center yang memimpin penelitian itu, seperti dikutip situs www.joslin.org.
Menurut Rohit, saat kita makan, tubuh memerlukan insulin lebih banyak. Ketika hormon melatonin merangsang selera makan, secara simultan meningkatkan produksi insulin dari sel beta, selain menambah beta sel itu sendiri. Kata Rohit, jika protein yang menjembatani mekanisme pertumbuhan itu bisa diungkap, penemuan itu bisa menuntun pada pengembangan obat baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan sel beta. ''Ini bisa untuk mengobati diabetes tipe 1 dan tipe 2,'' tuturnya.
Uji coba untuk menemukan kaitan peningkatan melatonin dengan pertumbuhan sel beta, yang pada akhirnya menghasilkan insulin, ini dilakukan pada sekelompok tikus. Para peneliti menemukan, tikus-tikus yang telah mengalami perlakuan genetik sehingga tidak bisa menghasilkan melatonin memiliki jumlah sel beta yang kecil. ''Ini menunjukkan bahwa melatonin sangat penting bagi pertumbuhan sel beta,'' kata Dr. Kulkarni.
Kini para peniliti berupaya menemukan bagaimana hormon melatonin mengatur pertumbuhan sel beta, dan protein mana yang terlibat dalam proses fisiologis itu. ''Tentu sangat penting untuk mengetahui protein mana yang diaktifkan hormon melatonin untuk menumbuhkan sel beta,'' ujar Kulkarni.
Mereka tengah meneliti bagaimana melatonin berinteraksi dengan hormon yang disebut glocagon-like peptide 1 (GLP-1), yang ditengarai berperan penting dalam memacu pertumbuhan sel beta. Tujuannya, untuk mengetahui bagaimana GLP-1 dan melatonin bekerja sama mengembangkan pertumbuhan sel beta.
Meski penemuan ini bisa menjadi pintu gerbang bagi cara baru pengobatan diabetes, tidak semua pakar kesehatan antusias menyambutnya. Prof. Dr. dr. Darmono, SpPD, penasihat Persatuan Diabetes Indonesia Nasional, adalah salah satunya. Menurut dia, peran melatonin dalam produksi sel beta di pankreas yang dapat digunakan dalam terapi diabetes ternyata belum sepenuhnya terbukti.
Kata Darmono, pengobatan diabetes justru lebih baik dengan cara memperbaiki kerja sama insulin dengan sel reseptor yang membuat sel mau menyerap gula darah. Namun, menurut Ketua Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, ini, sebagai penelitian ilmiah, boleh saja hal itu diungkapkan. ''Karena bisa saja disebut sudah diteliti, padahal masih belum selesai,'' tuturnya.
Toh, jika hasilnya terbukti, belum tentu bisa berlaku pada semua jenis diabetes. Pasalnya, ada tiga hal yang terkait dengan produksi insulin pada penyakit diabetes. Pertama, kadar gula darah dan insulin sama-sama tinggi, tetapi insulin yang ada tak cukup atau tak mampu mempengaruhi sel pembuluh darah menyerap gula darah.
Kedua, pankreas yang menghasilkan insulin rusak, sehingga produksi insulin turun. Dan ketiga, bawaan sejak lahir pankreas tidak bisa memproduksi cukup insulin. ''Dunia medis sampai saat ini belum bisa mengubah situasi ini karena terkait dengan gen,'' tutur Darmono.
Karena itu, Darmono berpesan agar para dokter dan pasien tidak gegabah menghadapi setiap kasus diabetes. Kondisi genetik dan keunikan yang berbeda pada manusia harus menjadi perhatian serius. Para dokter juga dianjurkan mendengarkan semua keluhan pasien agar mampu memberikan solusi yang tepat.
Hal senada disampaikan Dr. H. Agung Pranoto, SpPD-KEMD, pakar diabetes di RSU Dr. Soetomo, Surabaya. Menurut dia, penemuan itu masih harus menunggu beberapa tahapan lagi untuk bisa disebut metode pengobatan diabetes. Namun dia menyambut baik upaya itu, karena selama ini penderita diabetes masih bergantung pada obat-obatan dan suntik insulin untuk menekan jumlah kadar gula darah.
Agung mengatakan, saat ini ada beberapa penemuan untuk mengobati diabetes. Misalnya air liur kadal yang disebut ''gila monster'', yang punya susunan asam amino yang bisa merangsang pembentukan sel beta pankreas maupun merangsang kembali sel yang sudah ''sekarat''. Ada juga terapi merangsang hormon dalam usus untuk membentuk kembali sel beta pankreas. ''Dua metode ini sudah umum dikenal dunia kedokteran,'' kata Agung.
Tetapi, menurut dia, tidak semua terapi itu cocok untuk melawan diabetes tipe 1 dan 2. Liur kadal gila monster, misalnya, hanya cocok untuk penderita diabetes tipe 2 kategori ringan. ''Saya yakin, penemuan baru itu juga tidak bisa digunakan untuk semua tipe diabetes,'' tutur ayah satu putra itu. Dia mengaku penasaran menunggu hasil selengkapnya penelitian itu.
M. Agung Riyadi, Imung Yuniardi, dan Arif Sujatmiko
Home »
diabetes
,
gula darah
,
hormon melatonin
,
kencing manis
,
pankreas
,
produksi insulin
» Melatonin Tubuh Pencegah Diabetes