Penyakit diabetes timbul akibat gaya hidup dan pola makan yang salah. hindari stres, istirahat yang cukup, dan berolahraga secara teratur.
Ketika peradaban baru dimulai dalam sejarah umat manusia, ribuan tahun lalu, mungkin jenis penyakit yang biasa menyerang manusia tak sebanyak sekarang. Seiring dengan bergulirnya masa, banyak persoalan kesehatan yang muncul sebagai dampak peradaban itu sendiri.
Pola hidup manusia yang terus berkembang dari generasi ke generasi senantiasa menciptakan persoalan baru bagi kesehatannya. Banyak penyakit yang muncul belakangan sebagai dampak pola hidup itu sendiri.
Diabetes atau sering disebut penyakit kencing manis pada masa lalu mungkin hanya diketahui menyerang orang-orang tertentu yang dilahirkan dengan kelainan organ yang berhubungan dengan pemrosesan gula darah. Dan, keadaan itu kemudian diturunkan kepada anak-anaknya melalui proses genetik penurunan sifat.
Namun, belakangan, penyakit diabetes sangat terkait erat dengan kemajuan peradaban dan pola hidup manusia modern. Munculnya makanan-makanan berkadar gula tinggi, yang disertai dengan kebiasaan makan yang berlebihan, telah mendongkrak jumlah kasus penyakit ini di seluruh dunia. Mereka yang secara genetis memang mewarisi risiko penyakit diabetes dari para orangtuanya terserang penyakit ini lebih cepat, akibat pola hidupnya sendiri.
Apa Diabates Itu?
Diabetes termasuk dalam jenis penyakit degeneratif. Di Amerika Serikat, diabetes menjangkiti 5% dari populasi dan menjadi penyebab seperdelapan kematian. Menurut dr. Abrijanto, SB, praktisi kesehatan yang banyak menangani kasus diabetes, seringkali penderita tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit kencing manis.
''Kebanyakan penderita baru mengetahui setelah melakukan pemeriksaan rutin ke dokter, ke laboratorium, atau secara tidak disengaja melihat banyak semut mengerumuni air seninya,'' kata Abrijanto, yang saat ini menjabat sebagai Business Development Manager PT Deltomed Laboratories, Jakarta.
Gejala umum yang mudah dikenali pada penderita diabetes biasa disebut dengan 3P, yakni poliuria (sering kencing), polidypsi (banyak minum karena haus terus), dan polifagia (lapar terus). Ketiga gejala itu biasanya juga disertai dengan rasa lemas dan mengantuk.
Abrijanto --yang biasa disapa dr. Abri-- mengatakan bahwa munculnya kencing manis biasanya disebabkan oleh pola hidup kurang sehat, seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung banyak gula (karbohidrat). ''Diabetes juga bisa muncul akibat kegemukan (obesitas) dan stres berkepanjangan,'' kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta, yang banyak berkecimpung dalam pengobatan herbal dan terapi akupunktur itu.
Yang juga penting diingat, diabetes adalah penyakit keturunan. ''Karena itu, mereka yang orangtuanya memiliki riwayat diabetes harus rajin memeriksakan diri dan menjaga pola makan sebelum terjangkit diabetes,'' dr. Abri mengingatkan.
Bagaimana Diabetes Terjadi?
Di dalam tubuh terdapat organ bernama kelenjar prankreas, yang berfungsi memproduksi hormon insulin. Pankreas terletak di rongga perut, di depan lambung. ''Sel-sel beta pankreas membentuk insulin yang fungsinya sebagai transporter gula dalam darah ke otot yang akan digunakan oleh otot sebagai nutrisi dan sumber energi pada saat tubuh beraktivitas,'' dr. Abri menjelaskan. ''Jika proses ini mengalami gangguan, akan timbul penyakit diabetes.''
Diabetes terdiri dari dua tipe, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi bila hormon insulin tidak diproduksi oleh pankreas atau biasa disebut insulin dependent diabetes melitus (IDDM). Diabetes tipe 1 biasanya menyerang anak-anak, tapi dapat juga terjadi pada orang dewasa. ''Penyebab paling umum adalah serangan virus atau efek kerja antibodi autoimun yang menyebabkan pankreas tidak menghasilkan insulin,'' papar Abri. Pengobatan kencing manis jenis ini dilakukan dengan memberi asupan insulin dari luar (suntikan insulin).
Sedangkan diabetes tipe 2 terjadi karena sel beta pankreas membentuk insulin, tapi efektivitas insulin itu tidak maksimal untuk mengangkut gula, sehingga gula tetap menumpuk dalam darah. Kondisi ini, dalam istilah medis, disebut non-insulin dependent diabetes melitus (NIDDM). Penyebab diabetes tipe 2 biasanya faktor genetik (keturunan). ''Penderita diabetes tipe 2 paling banyak ditemukan, yakni 80% sampai 90% dari seluruh penderita diabetes,'' kata dr. Abri.
Penderita diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2, memiliki risiko mengalami komplikasi yang berdampak pada gangguan organ-organ tubuh yang lain. ''Sebagai contoh, gula darah yang tinggi merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, sehingga penderita diabetes mudah terkena infeksi,'' kata Abri. Infeksi yang mudah terjadi dan biasa dialami penderita diabetes, misalnya, infeksi paru-paru karena paru-paru merupakan jendela yang menghubungkan tubuh bagian dalam dengan lingkungan luar tubuh.
Bila udara di luar tubuh mengandung kuman, misalnya kuman tuberculosis (TBC), dan daya tahan tubuh sedang turun, kuman TBC yang terisap napas akan hidup dan berkembang di paru-paru. Kondisi tubuh yang menunjang perkembangbiakan kuman adalah kadar gula darah yang tinggi.
Selain itu, penyakit kencing manis yang tidak diobati dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan organ-organ tubuh yang lain. Misalnya, terjadi gangguan pada organ ginjal, hati, pengerasan atau penyempitan pembuluh darah, gangguan mata (diabetic retinopathy), impotensi pada pria, katarak, dan mudah terjadi gangren (pembusukan) bila penderita mengalami luka.
Bagaimana Menangani Diabetes?
Untuk mencegah terjadinya komplikasi lanjutan yang lebih parah, diabetes tentu harus ditangani sejak dini. Dr. Abri menjelaskan, pengobatan diabetes tipe 1 biasanya menggunakan suntikan insulin, karena tubuh penderitanya hanya bergantung pada asupan insulin dari luar. Pankreas penderita penyakit ini sama sekali tidak dapat menghasilkan hormon insulin.
''Insulin sendiri merupakan protein kecil, yang dapat diisolasi dari hewan atau manusia, dan diberikan dalam bentuk suntikan,'' kata dr. Abri. Tentu saja bukan tanpa efek samping. ''Jika dosis insulin yang diberikan tidak tepat, bisa menimbulkan hypoglycemi atau penurunan kadar gula darah sampai di bawah normal,'' kata Abri. ''Gejalanya adalah keluar keringat dingin, tremor, bingung, konsentrasi menurun, hingga yang lebih serius berupa menurunnya kesadaran,'' katanya.
Sedangkan pengobatan diabetes tipe 2 biasanya menggunakan oral diabetik (obat yang dimakan). Menurut dr. Abri, oral diabetik memiliki tiga cara kerja di dalam tubuh, yakni sulfonilurea, metformin, dan akarbose. Sulfonilurea adalah merangsang pelepasan insulin dan mengurangi hormon pemecah karbohidrat menjadi gula. Metformin berarti mengurangi pengeluaran glukosa pada hati dengan menghambat pembuatan gula di hati. Sedangkan akarbose adalah mengurangi penyerapan gula di usus. ''Pengobatan oral dengan tablet diabetik ini pun dapat memiliki efek samping hypoglycemi bila dosis dan pemilihan obat tidak tepat,'' kata dr. Abri.
Pada saat ini sudah ditemukan beberapa jenis tanaman yang bisa membantu mengobati diabetes dengan bahan-bahan alami yang dikandungnya. Tanaman-tanaman itu antara lain kayu manis, fenugreek, dan Gymnema sylvestre. Kayu manis mengandung komponen aktif yang bersifat larut air, yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah, trigliserida, dan LDL kolesterol pada penderita diabetes tipe 2.
Fenugreek juga bagus untuk penderita diabetes. Biji tanaman fenugreek kaya akan serat, saponin, protein, dan komponen aktif yang disebut trigonelline, yang berperan dalam membantu menurunkan kadar glukosa darah. Sedangkan Gymnema sylvestre diketahui dapat menjaga kadar glukosa dalam darah dengan menetralkan rasa manis dari gula. Selain itu, tanaman ini juga meningkatkan laju regenerasi sel beta yang berperan dalam mengeluarkan insulin dari pankreas serta membantu menurunkan kolesterol dan trigliserida.
Dr. Abri memiliki tips bagi penderita diabetes dan bagi mereka yang ingin menghindari penyakit ini. ''Perhatikan pola hidup sehat, istirahat yang cukup, dan kurangi makanan yang tinggi gula (karbohidrat),'' katanya. ''Selain itu, hindari stres fisik maupun psikis dan berolahragalah secara teratur untuk membakar gula darah,'' ia menambahkan. Dr. Abri juga mengingatkan agar tetap menjaga berat badan ideal, terutama bagi mereka yang orangtuanya punya riwayat kencing manis.
Home »
degeneratif
,
diabetes
,
Diabets
,
gula darah
,
kadar gula
,
kencing manis
,
pankreas
» Ketika Gula Menumpuk di Darah