Home » , , , , , , » Heboh, Peradaban Atlantis yang Tenggelam di Indonesia

Heboh, Peradaban Atlantis yang Tenggelam di Indonesia

Written By Panji Revolusi on Sunday, October 20, 2013 | 8:04 PM

Bagi teman-teman yang telah membaca buku Atlantis: The Lost Continent Finally Found tentu mengetahui cerita tentang Peradaban Atlantis yang tenggelam di Indonesia, tepatnya di Selat Sunda di mana Gunung Krakatau terbentang. Di sanalah pusat legenda Atlantis yang hilang, sebagaimana spekulasi atau tepatnya penelitian yang akhir-akhir ini muncul dari seorang Arysio Santos, seorang geolog dari Amerika Latin, penulis buku tersebut.

Cerita Arysio Santos ini telah memperkuat ujaran filsuf Yunani kuno, Plato (427 – 347 SM), yang menulis kisah-kisah Peradaban Atlantis dalam bukunya yang berjudul Critias dan Timaeus. Cerita Plato itu pada mulanya dianggap sebagai mitos yang menghayalkan tentang peradaban besar yang sangat canggih di masa lalu, sekitar 11.000-12.000 tahun lalu. Salah satu kisah yang diceritakan Plato ada di buku Timaeus yang menyatakan bahwa di hadapan selat Mainstay Haigelisi ada sebuah pulau yang sangat besar. Dari pulau tersebut, orang-orang bisa bepergian menuju pulau lain. Pulau yang dikelilingi oleh laut atau samudera itu adalah Kerajaan Atlantis.

Sebelum pulau yang di atasnya adalah Kerajaan Atlantis itu tenggelam, pimpinan kerajaan berencana akan melakukan ekspansi melalui perang besar dengan Athena. Rencana yang didukung oleh kecanggihan itu tiba-tiba saja sirna sebelum terlaksana, sebab di luar dugaan Atlantis mengalami gempa bumi dan banjir yang dahsyat. Kurang dari sehari semalam, pulau itu tenggelam di dasar laut. Begitulah kisah Kerajaan Atlantis yang besar itu dan memiliki peradaban tinggi itu lenyap seakan tak ada jejaknya.

Berkaitan dengan kisah tersebut, Tim Studi Bencana Katastropika Purba yang diinisiasi tim Staf Khusus Presiden Indonesia dan tim ahli gempa, tsunami, serta ahli geologi telah merekomendasikan beberapa hasil temuan penelitian mereka untuk menjadi cagar budaya. Tim ini menemukan sebuah sisa peradaban kuno yang sudah terbenam di dasar laut (vivanews). Lalu, benarkah mereka menemukan sisa-sisa peradaban Kerajaan Atlantik? Kita tunggu saja.

Penelitian yang dilakukan itu, ternyata merupakan riset atau uji materi untuk kasus yang sama sekali baru, yaitu pembuatan katalog tsunami dan pemetaan potensi gempa pembangkit tsunami, terutama yang pernah terjadi dalam waktu-waktu lampau. Usaha penelitian ini sangat menarik, sebab menambah informasi kebencanaan yang semakin luas dan akurat. Hanya saja, kita perlu mencoba berpikir agak normatif dalam menanggapi masalah ini. Jika kita mempercayai ujaran Plato dan Arysio Santos, mengapa kita tak meyakini firman Allah swt. tentang Nuh dalam al-Qur’an, terutama bagi masyarakat muslim.

Jika kita mau berpikir atau membaca al-Qur’an dengan ilmu yang integral, terutama membaca sejarah Nabi Nuh dan arkeologi Kerajaan Atlantis, tidakkah ditemukan benang merah bahwa potensi bencana besar itu cenderung lebih banyak di wilayah yang memiliki kekayaan alam melimpah.

Sebagaimana dikisahkan saksi kehidupan Kerajaan Atlantis, Inggrid Benette, bahwa Peradaban di pulau Atlantis itu lenyap disebabkan oleh keserakahan dan kebejatan segelintir orang di Kerajaan Atlantis. Bahkan, kisah Inggrid Benette yang mirim novel kahayalan itu juga mengisahkan ada sebagian orang Atlantis yang dapat melakukan transplantasi kawin silang antara hewan dan manusia, demi keharmonisan alam, dan sebagian melupakannya untuk tujuan seks. Kisah tersebut tentu tak jauh beda dengan kaum Sodom pada masa Nabi Lut yang melampiaskan nafsu seksnya kepada sesame jenis.

Model pembacaan semacam ini seharusnya dilakukan oleh para ahli agama untuk mengubah paradigm parsialis tentang agama, alam, dan ilmu. Teman-teman boleh saja mencaci bahwa pemikiran semacam ini mengada-ada. Namun, perlu diingat, “Innama arada syaian anyakula lahu kun fayakun--(Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.)—(Yasin [36]: 82). Wallahu a’lam.