Home » , , , » Manfaat Propolis bagi Penderita Gagal Ginjal

Manfaat Propolis bagi Penderita Gagal Ginjal

Written By Panji Revolusi on Thursday, July 19, 2012 | 7:09 PM


Dalam sebuah artikelnya, Trubus Online pernah mengisahkan tentang seorang pasien yang mengalami kejang dan kaku di seluruh tubuhnya. Seorang remaja berumur 16 tahun asal Surabaya, didiagnosa dan divonis oleh dokter sebuah rumah sakit sebagai penderita gagal ginjal. Menurut dokter yang menangani pasien mengungkapkan bahwa fungsi ginjal pasien positif turun. Menurut analisis dokter, di dalam tubuh remaja 16 tahun tersebut terdapat penumpukan sisa metabolism protein dan kekurangan elektrolit.

Dari kesimpulan tersebut, dokter kemudian memberikan suntikan elektrolit sebagai usaha untuk menyeimbangkan cairan tubuh pasien. Dokter pun mewajibkan pasien remaja itu untuk mengkonsumsi obat-obatan, serta melakukan kontrol kesehatan setiap bulan sekali. Tak hanya itu, dokter juga melarang keras pasien melakukan aktivitas yang berlebihan (berat). Menu makanan yang berprotein tinggi pun diharamkan demi kesehatan pasien, sehingga ginjal tidak bekerja terlalu berat dalam membuang sisa-sisa metabolism protein. Setiap hari, paseian hanya boleh mengonsumsi protein hanya sekitar 40 gram.

Anda tentu bisa membayangkan kehidupan pasien remaja tersebut. Selama 3 (tiga) tahun ia  harus hidup di bawah pengawasan ketat dokter. Meskipun demikian, namanya seorang remaja, kegiatan di sekolah pun tak dapat ditolak, bahkan harus mengikuti bimbingan belajar dan sering pulang malam. Kondisi tersebut ditambah dengan pola makan yang tidak terkontrol, sehingga kesehatan pasien remaja itu menurun drastis. Oleh karena itu, diagnosa dokter pun berubah dan tidak mengatakan bahwa fungsi ginjal turun, tetapi positif gagal ginjal. Pendapat dokter itu dibuktikan dengan hasil pemeriksaaan laboratorium yang menunjukkan bahwa kadar kreatinin dalam darah pasien remaja tersebut mencapai 12 mg/dl, padalah kadar normalnya 0.6-12 mg/dl.

Dalam kondisi kritis semacam itu, pasien disarankan dengan sangat untuk melakukan cuci darah 2 kali dalam sepekan. Anda tentu bisa bayangkan, berapa biaya sekali cuci darah? Saat ini, kemungkinan besar sudah mencapai Rp.800.000,-

Akan tetapi, saran dokter ditolak oleh pasien dan keluarganya. Padahal, menghindari cuci darah dalam kondisi semacam itu sangat beresiko. Buktinya, selang 2 hari penolakan saran dokter tersebut, kadar kreatinin pasien remaja tersebut melonjak, menjadi 15 mg/dl. Secara tegas, dokter pun mengingatkan lagi supaya pasien segera cuci darah. Sebab, apabila dibiarkan, kreatinin akan meracuni organ tubuh yang lain. Selain itu, dokter ternyata juga memberikan opsi lain, yaitu melakukan transplantasi ginjal dengan biaya mencapai Rp.400 juta. Dengan syarat, salah satu orang tua pasien harus rela menyumbangkan ginjal kepada pasien.

Secara medis, menurut dr. Sidi Aritjahja, dokter di Yogyakarta, gagal ginjal merupakan ketidakmampuan ginjal dalam menyaring dan mengeluarkan zat-zat racun, seperti kreatinin dari tubuh, sehingga menumpuk dalam darah. Kondisi kadar kreatinin tinggi menandakan bahwa organ yang mirip biji kacang merah (ginjal) itu gagal bekerja. Oleh karena itu, sangat berbahaya bagi pasien yang menderita karena organ tubuh yang lain bisa terracuni. Untuk mencegah keracunan tersebut, penderita gagal ginjal harus menjalani cuci darah.

Mengetahui bahaya yang sedang dihadapi, pasien remaja di Surabaya itu pun menuruti saran dokter, yakni opname, sekaligus mejalani cuci darah rutin 2 kali dalam sepekan. Frekuensi normal cuci darah adalah setiap 5 hari sekali. Selain itu, penderita gagal ginjal juga harus tetap menjaga menu makanan, supaya pencernaannya tidak terlalu memberatkan kerja ginjal.

Tak hanya melakukan cuci darah, ternyata pasien remaja itu juga mengkonsumsi 1 sendok makan propolis yang dicampurkan dengan 50 cc air, dengan dosis 3 kali sehari sebelum makan. Setelah satu setengah bulan rutin mengkonsumsi propolis, pasien remaja tersebut mulai merasakan khasiat propolis. Setelah kontrol di rumah sakit, kadar kreatinin dalam darahnya pun turun di bawah 10 mg/dl, sehingga tidak perlu cuci darah lagi.

Ini adalah kabar gembira bagi seluruh keluarga pasien. Cuci darah pun dihentikan sama sekali, setelah setahun mengkonsumsi propolis secara. Pada pemeriksaan laboratorium terakhir, yaitu sekitar pertengahan 2008, kadar keratin dalam darahnya pun turun menjadi 4 mg/dl. Meskipun demikian, konsumsi propolis dilanjutkan. Ternyata, selain tidak perlu cuci darah, dengan mengonsumsi propolis, stamina pasien pun meningkat.

Kisah di atas mengingatkan pendapat Prof. Dr. Mustofa, MKes., Apt., peneliti Badan Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada, yang menyatakan sifat antioksidan pada propolis sangat tinggi, sebab mengandung senyawa flavanoid dan polifenol. Senyawa aktif tersebut melindungi tubuh dari gempuran radikal bebas penyebab kerusakan sel. Dengan terlindungnya ginjal dari kerusakan parah, maka proses regenerasi sel pun bisa lebih mudah berjalan.