Yohanes 1:1, 14
“En arkhe en ho Logos, kai ho Logos en pros ton Theon, kai Theos en ho Logos.”
“Kai ho Logos sarks egeneto.”
Artinya:
“Pada mulanya adalah Firman/Logos, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah.”
“… Dan Firman/Logos itu menjadi manusia”.
Dalam ayat diatas, Yohanes menegaskan keberadaan hakiki dari Yesus. Dia adalah Firman yang menjadi manusia (ayat 14). Dalam Injil yang ditulisnya itu, Yohanes menggunakan kata Logos. Pada saat ditulisnya Injil ini, kata Logos bukanlah sebuah terminologi yang asing. Terutama di kalangan para filsuf Yunani kuno, yang memang sudah akrab dengan istilah ini. Karena penggunaan kata “Logos” inilah, kemudian kelompok polemikus Islam serta merta menuduh bahwa Injil Yohanes telah dipengaruhi filsafat Neo-platonisme.
Tuduhan ini sama sekali lemah dan tidak berdasar. Hal ini dikarenakan, penggunaan istilah yang sama belum membuktikan kesamaan konsep antara keduanya. Meskipun Yohanes menggunakan istilah “Logos” dalam kitab Injilnya, tetapi maknanya berbeda dengan “Logos” dalam filsafat Yunani. Ada perbedaan yang sangat jauh antara konsep Logos dalam filsafat Yunani dan Logos dalam latar belakang kitab Perjanjian Lama. Tidak digubrisnya konsep yang melatar belakangi istilah ini dalam Perjanjian Lama, dapat menimbulkan kesalahpahaman yang tiada henti terhadap iman Kristen.
Seperti disebut diatas, kesamaan istilah belum membuktikan makna yang sama antara masing-masing kelompok yang menggunakan istilah tersebut. Misalnya, baik Islam maupun Kristen menggunakan istilah “surga” dalam terminologi keagamaannya. Namun, arti kata “surga” dalam Islam dan Kristen berbeda dengan apa yang dimaknai oleh agama Hindu. Surga, adalah bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Sansekerta, “Svarga”. Kata svarga dalam bahasa Sansekerta berasal dari dua kata, yakni Svar yang artinya cahaya, dan Ga yang artinya Pergi. Di dalam Agama Hindu, Surga adalah perjalanan menuju cahaya, dan dimaknai sebagai sebuah tempat persinggahan sementara sebelum mencapai tujuan tertinggi yakni moksha. Pertanyaannya, apakah dengan digunakannya kata “surga” dalam terjemahan Al-Qur’an berbahasa Indonesia, lantas dapat dituduhkan bahwa konsep tentang surga di dalam Islam itu sama dengan ajaran Hindu.