Home » , , , , » Memahami Globalisasi dan Etika Media

Memahami Globalisasi dan Etika Media

Written By Panji Revolusi on Saturday, October 19, 2013 | 5:14 PM

Etika sangat dibutuhkan agar ada pedoman bagi suatu profesi dalam bersikap tindak. Etika pula yang menjadi guidance, mana perbuatan yang dinilai benar atau salah, boleh atau dilarang. Perbuatan yang pantas atau tidak pantas.

Itu sebabnya setiap profesi idealnya memiliki kode etik. Di antara Kode Etik profesi misalnya, Kode Etik Periklanan, Kode Etik Bankir Indonesia, Kode Etik Kedokteran Indonesia, Kode Etik Advokat Indonesia, Kode Etik Notaris Indonesia, Kode Etik Ikatan Penerbit Indonesia, Kode Etik Perusahaan Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
Era demokrasi melahirkan media yang bebas. Itu pula yang mengakibatkan media menjelma menjadi suatu kekuatan yang sangat strategis. Peran strategis media membuat profesi wartawan menjadi meninggalkan etika. Ini sebagai antisipasi berbagai implikasi yang mungkin terjadi dalam tubuh jurnalistik.
Dalam kontek Indonesia, perubahan media dengan mudah kita ditelusuri. dalam kontek Indonesia. Pada era Orde Baru secara jelas kita melihat wajah media di dunia (khususnya) media massa sangat didominasi kekuatan negara. Pada era reformasi, ada angin segar bagi kebebasan media massa dalam menyampaikan berita dan informasi bagi publik. Pada era Reformasi, media massa diberikan kebebasan menyampaikan Berita dan Informasi untuk Publik.
Tetapi, perubahan yang terjadi dalam perwajahan dunia media massa dengan kebebasannya dalam analisis, dilihat sebagai bagian yang tidak terlepas dari kepentingan kapitalisme global, yang bersumber pada kaidah-kaidah neoliberalisme, dengan memiliki muatan kepentingan pasar global (liberalisasi ekonomi global) di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Dibalik kebebasan dunia media massa dan banyaknya institusi media bermunculan, tidak sepenuhnya fungsional dan berkorelasi dengan proses-proses demokratisasi di Indonesia. Kebebasan di balik media massa dan media institusi banyaknya dunia bermunculan, dan tidak sepenuhnya fungsional berkorelasi dengan proses-proses demokratisasi di Indonesia. Satu Sisi, media massa Institusi sebagai satu kombinasi antara pers dan kegiatan terbebas dari kepentingan modal kekangan rezim penguasa. Sisi lain, tampak pada perkembangannya pers makin tidak bisa melepaskan diri dari cengkeraman the invisible hand (tangan tak terlihat), mekanisme pasar serta proses-proses alami akumulasi modal yang mengarah pada konsentrasi dan homogenisasi komoditas informasi.
Menurut Y. Wibowo, Dalam masyarakat kapitalisme global atau disebut juga masyarakat konsumer, terdapat tiga bentuk kekuasaan yang beroperasi di belakang produksi dan konsumsi, yaitu kekuasaan kapital, kekuasaan produsen serta kekuasaan media massa. Dimana mereka memanfaatkan dan menggunakan televisi sebagai media menyampaikan ataupun berita yang bermanfaat bagi masyarakat sehingga mendukung usaha untuk mencerdaskan masyarakat. Ketika peran media telah mencerdaskan masyarakat, maka tidak lain yang terjadi adalah bahwa media secara tidak langsung telah merubah keadaan sosial yang ada pada masyarakat. Yakni menjadikan masyarakat menjadi lebih baik karena peran pencerdasan tersebut. Secara umum media mempunyai kegunaan:
  1. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
  2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
  3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
    memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
  4. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama. Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton,1985:
  5. penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.
  6. pembelajaran dapat lebih menarik.
  7. pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.
  8. waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
  9. kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
  10. proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
  11. sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
  12. peran guru untuk perubahan kearah yang positif (Muh. Ikhsan, Prinsip-prinsip Pengembangan Pendidikan, Jurnal Teknologi Pendidikan dalam http://ZZZ ZRQN BLNKVDQ FRP, di akses tanggal 14 Januari 2010).
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan, agar dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Jadi sangat diharapkan media yang bernuansa pembelajaran dalam pendidikan.
Peran pendidikan dari media ini sudah selayaknya dapat dimaksimalkan, karena selama ini kita menyaksikan adanya ironi terkait peran media tersebut. Kita dapat menyaksikan bahwa media massa tidak sosial di masyarakat meliputi beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor- faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru, (3) suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada masa lampau. 3. Dalam konteks pendidikan, peran media dapat dikatakan mendukung untuk mencerdaskan masyarakat. Dengan adanya media, media dapat berfungsi menyampaikan informasi ataupun berita yang bermanfaat bagi masyarakat sehingga mendukung usaha untuk mencerdaskan masyarakat.